Laporan Reporter Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perusahaan jasa pengiriman makanan DoorDash mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.250 karyawannya pada Rabu (30/11/2022).
Seperti dilansir CNBC, CEO DoorDash Tony Xu mengatakan dalam sebuah pesan kepada karyawannya bahwa PHK adalah bagian dari upaya pemotongan biaya yang sedang berlangsung, didorong oleh penurunan pertumbuhan dan kelebihan staf.
DoorDash bergabung dengan jajaran perusahaan lain seperti Amazon, Meta, Twitter, HP, dan Lyft dalam menegakkan penutupan.
Baca juga: Cegah Kebangkrutan di Masa Ekonomi Makro, Cara Ajaib Lakukan PHK dan Potong Gaji Pegawai
Perusahaan teknologi menggenjot perekrutan selama pandemi Covid-19, dan dalam beberapa bulan terakhir perekrutan telah turun tajam karena suku bunga menghambat permintaan konsumen dan kepercayaan investor.
DoorDash memiliki 8.600 karyawan per 31 Desember 2021.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat ini go public pada akhir tahun 2020 dalam penawaran umum perdana (IPO) yang sangat sukses yang membuat sahamnya melonjak 80 persen dari harga aslinya.
Baca juga: Sandiaga Uno Soroti Fenomena Gelombang PHK Awal: Ini Potensi Dampak Resesi
Saham DoorDash turun sekitar 60 persen tahun ini.
DoorDash mengatakan akan memberikan 17 minggu uang pesangon kepada pekerja yang terkena PHK.
Selain itu, perusahaan akan memberikan asuransi perawatan kesehatan hingga Maret 2023. Untuk pekerja dari luar negeri atau pekerja yang disponsori visa, tanggal pemutusan hubungan kerja adalah 1 Maret, keputusan yang menurut Xu akan memberi mereka “waktu sebanyak mungkin untuk mencari pekerjaan baru”. .